Senin, 13 September 2010

Bekasi Masa Kecilku, Jakarta Masa Remajaku

Di sore hari yang dilanda petir.....

Mpit : "halo! yan, kalo diliat2 blog kita beda banget ya"
Pacar gw : iya aku udah pernah liat blog kamu kok.
Mpit : iya kamu kata2nya bagus banget, km baca semua blog aku?" (muji, jadi berharap dipuji balik)
Pacar gw : Nggaklah, abis blog km berisik -_____-

oleh sebab itu, saya memutuskan di post kali ini pake kata2 baku. Selamat membaca!

Aku memandang pemandangan dari balkon rumahku. Aku melihat banyak tukang yang sedang bekerja keras membangun rumah di seberang sana. Aku jadi teringat bagaimana keadaan rumah yang kutempati ini sebelum selesai dibangun. Awalnya hanya tumpukan semen dan batu bata namun berkat kerja keras para tukang dan kekuasaan Allah selesailah rumahku ini. Rumahku terletak di Jatinegara Baru tepatnya di Jalan Taman Ayun IV no.3. Tak kusangka sekarang aku tinggal dirumah ini. Sebab, aku sangat menolak pindah rumah. Bagaimana tidak? Bagiku tinggal di Bekasi sudah sangat indah. Rumahku yang dulu lebih kecil daripada yang sekarang, namun masa kecilku kuhabiskan disana. Dari mulai aku berusaha menyebutkan papa namun hanya terucap “appppaa” dengan logat batak, aku yang sedang lasak-lasaknya menggeliat kesana kemari dan sering kena batunya. Saat sudah berusaha 3 tahun, aku mengenal banyak teman komplek dimulai dari tetangga sebelahku yang bernama Andi dan Willy, mereka adalah kakak adik yang sangat akur dan suka bermain tangkap bola denganku di halaman rumah kami yang hanya berbatas tembok. Namun mereka jarang keluar rumah karena ibunya galak.

Dirumah, aku melihat pembantuku sedang menonton telenovela, aku pun ikut bersamanya. Sayangnya, ibuku tidak membolehkan aku menonton telenovela karena umurku yang masih kecil. Akhirnya, aku disuruh bermain di luar. Disanalah aku bertemu Reza, Kevin dan Gerry. Merekalah teman-teman yang sangat-sangat istimewa buatku. Setiap harinya aku dipanggil mereka dengan logat betawi yang sangat lucu dan membuatku tertawa jika mengingatnya. “NEEEEESSAAAA” panggil mereka. Aku langsung keluar dan kita bermain bersama entah itu bermain masak-masakan bermain bola, bermain petak umpet dan petak jongkok. Persahabatan kami sangat erat. Jika aku mampir ke toko buku, tak lupa aku membelikan buku juga untuk mereka, begitu juga sebaliknya. Jika anda melihat buku cerita Micky Mouse, Donald Duck, Paman Gober , dll di lemariku, tak lain itu adalah pemberian Reza, Gerry, dan Kevin. Mereka sangat solider kepadaku. Aku ingat ketika mereka bertiga memiliki sepeda sedangkan aku tidak, mereka tidak menjadi mengendarai sepeda dan kita memutuskan untuk berlari-lari mengelilingi komplek. Suatu hari, aku terjatuh. Mereka mengangkatku dan membawaku kerumah lalu ibuku mengobatiku,”Nak, lain kali hati-hati ya. Nampaknya memakai sepeda lebih aman. Minggu depan kita ke makro ya beli sepeda.” Sahut ibuku. aku senang bukan kepalang ”HOREEEEEE!!!” teman-temanku juga gembira.

Setelah kami semua memliki sepeda, setiap sore kita berempat konvoi sepeda, kita juga mengajak teman-teman yang lain dan bersuka cita. Tidak jarang kami si geng sepeda melakukan hal-hal yang bermanfaat. Contohnya ketika si Putih, merpati Nanda dan Fitri hilang. Kami berpencar mencarinya keliling komplek. Aku dan Kevin melihatnya di atas pohon dan berteria, “Teman-teman!!! Si putih disini!!!!” semua temanku menghampiri kami dan kita memanggil-manggil si putih namun sayang si putih terbang lagi dan kami mengebut sepeda dengan sangat kencang hingga akhirnya menangkapnya di pinggiran parit. Nanda dan Fitri sangat berterimakasih pada kami dan kami diajak makan-makan dirumahnya. Tak jarang juga kami bandel. Kami suka berenang di banjir yang menimpa. Orangtua kami khawatir dan langsung memarahi kami, namun kami tahu akibatnya, karena akhirnya kita semua jatuh sakit dan tidak dapat bermain bersama. Kami menyesali hal tersebut dan berjanji akan menjaga kesehatan. Kekeluargaan di komplekku sangat rukun. Aku ingat bagaimana para orangtua menyiapkan acara 17 Agustus dengan sangat meriah. Paginya kita lomba seperti makan kerupuk, memasukkan jarum ke botol, menggigit sendok dengan kelereng, tarik tambang, dll. Aku ikut tarik tambang namun lawan orangtua dan sudah pasti kalah hahaha. Siangnya ibu-ibu lomba masak dan yang memakan adalah para peserta lomba. Setelah makan siang, kami berkonvoi dengan sepeda hias sambil menyanyikan lagu nasional. Maghrib tiba, kami pun bergegas pulang kerumah, setelah sholat maghrib aku terlelap. Namun, setengah jam kemudian aku terbangun, oh rupanya bapak-bapak dan ibu-ibu sedang berkaraoke, terdengar suara mereka sedang bernyanyi dan suara riuh tepuk tangan


Sangat berat bagiku untuk meninggalakan Bekasi. Namun apa daya, kepindahanku ke Jatinegara Baru untuk kebaikanku agar aku ke sekolah dengan lebih tenang. Pasalnya, ketika di Bekasi aku harus bangun pagi sekali untuk sekolah karena rumahku jauh. Kini, aku sudah menempati rumahku di Jatinegara Baru, banyak juga yang sudah aku lewati. Disini, rumahku dekat dengan masjid, aku dapat sholat disana, dan ikut organisasi seperti remaja masjid yang menambah teman untukku, disini kekeluargaanya pun juga baik, kami para remaja menjadi panita untuk peringatan kemerdekaan dan tahun baru. Disini pun aku dapat mendapatkan keperluanku dengan mudah karena dekat dengan pasar swalayan. Aku juga bisa santai pergi ke sekolah tanpa harus terburu-buru. Mungkin dulu bagiku Bekasi adalah tempat yang baik untukku. Namun aku sadar, Allah selalu memberikan hamba-Nya yang terbaik. Untungnya, kominkasiku dengan teman-teman Bekasi sampai sekarang pun masih lancar dan sekarang aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Semoga mereka tidak pernah melupakanku ya

3 komentar:

Nonasunda mengatakan...

bagus blognya mba... Udaa aq follow... Follow aq balik yah..

mpitsky mengatakan...

waduh... oponyo sing bagus toh mba?? blogku iki ancur wkwk oke mba! thanks ya:)

RadioActive mengatakan...

Cieee hahaha